BREAKING NEWS

HEWAN

TOKOH ULAMA

ANEH

Selasa, 17 Maret 2015

cerita seorang mu'allap yang menghebohkan


ANTHONY Vatswaf Galvin Green lahir Dar es Salam, Tanzania.
 Ibunya seorang Katolik yang taat dan ayahnya seorang agnostik, dimasa kecilnya Anthony dididik sebagai seorang penganut Katolik yang taat beagama.  Ayahnya seorang administrator kolonial di kerajaan Inggris. Sekarang, kerajaan yang terbentang begitu luasnya lebih dari sepertiga permukaan bumi itu telah hancur. Satu-satunya yang tersisa adalah beberapa pulau di Falklands. Begitu banyak hal yang berubah, termasuk Antony, bahkan namanya kini berubah menjadi Abdur Raheem Green—setelah ia masuk Islam tentunya.

Oleh ibunya, Duncan adiknya disekolahkan di asrama biara. Setiap hari ia hidup bersama para biarawan di Ampleforth College, di Yorkshire, Inggris Utara. Sang ibu menganggap dengan bersekolah di asrama akan membuat Anthony menjadi penganut Katolik yang taat.

Saat Anthony berumur sembilan tahun, sang ibu mengajarinya sebuah doa yang biasa diucapkan oleh umat Katholik. Doa itu dimulai dengan kalimat “Salam maria, ibu Tuhan”. Namun, kalimat itu membuat Anthony merasa aneh dan kalimat itu seakan-akan menjadi pukulan bagi dirinya, setelah mendengar ibu berkata salam maria ibu Allah

“Aku kemudian bertanya pada diriku sendiri bagaimana Tuhan bisa memiliki ibu?” katanya.
Pikirannya pun mulai berputar, ia berpikir seharusnya Tuhan itu tidak ada permulaan dan kesudahannya.
Bagaimana bisa Tuhan memiliki seorang ibu? Anthony kecil kemudian mengambil kesimpulan “jika Maria adalah ibu Tuhan, maka pasti Maria menjadi Tuhan yang lebih baik daripada Yesus.”

Belum lagi soal pelajaran di sekolahnya yang semakin memutar pikirannya. Di sekolah, dalam satu kali setahun selalu ada pengakuan dosa kepada pastor. “Kamu harus mengakui semua dosa yang telah kamu lakukan, jika tidak ! maka dosa-dosamu tidak akan diampuni,” demikian kata sang pastur yang terus diingat oleh Anthony.
Anthony merasakan keimanannya semakin bermasalah. Pikirannya mulai liar, ia bahkan memiliki ide “Tuhan menjadi manusia”.

Pikirannya mulai terbuka. Ia sering bertanya mengapa harus sekolah di asrama, terkurung didalam komplek dan jauh dari siapapun dan dimanapun.
Saat berusia sebelas tahun, sang ayah dipindah tugaskan ke Mesir. Ayahnya menjadi General Manager Barclays Bank di Kairo. Hampir selama sepuluh tahun, ia selalu menghabiskan waktu liburannya di Mesir. Sekolah di London, dan liburan di Mesir.

Hatinya mulai merasa jatuh cinta pada Mesir. Saat kembali ke sekolah seusai liburan, ia bertanya untuk apa kembali ke asrama Yorkshire Moor yang selalu terkekang didalamnya, ia merasa tak menyukai tempat itu. “Saya mulai bertanya pada diri saya sendiri ;
kenapa saya ada ?"
apa tujuan hidup saya ?"
hidup ini untuk apa?”

Ia lantas mulai mencari jawaban, memulai pencarian. Ia berpikir, pencariannya itu barangkali bisa ditemukan melalui agama lain yang mungkin bisa memberikan  pemahaman tentang tujuan ia hidup di dunia ini.

Sepuluh tahun waktu yang telah ia habiskan di Mesir. Ada satu masa saat ia berumur 19 tahun, ia berbincang tentang Islam dengan seseorang. Ia memang meragukan Katholik sebagai agamanya. Tapi saat itu siapapun yang mempertanyakan agamanya itu, ia akan tetap membela keimanannya. Ia merasakan ini sebagai sebuah paradoks yang aneh.
Ia berkata :
“Aku berbincang dnegan orang itu selama 40 menit. Pemuda itu memintaku menjawab beberapa pertanyaan darinya,” katanya :

Si pemuda menanyakan “Apakah kau mempercayai Yesus?”
Anthoni menjawab “Ya”.
Pemuda itu kemudian bertanya lagi, “Apakah kamu percaya Yesus mati disalib?”,
Anthoni kembali menjawab “Ya.”
Si pemuda kembali bertanya “Jadi kamu percaya Tuhan mati?”.

Seketika Anthony terperangah, menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Sambil mengakui kebodohan dirinya, ia menjawab, “Tentu saja saya tidak percaya kalau Tuhan mati. Manusia tidak bisa membunuh Tuhan,” tandas Anthony.

Pertemuannya dengan pemuda Mesir itu menjadi titik balik dalam kehidupan Anthony. Sebelumnya ia tak pernah bermimpi bahkan memikirkan tentang Islam.
Anthoni merasakan ketertarikan luar biasa untuk membeli Alquran. Ia mengambil terjemahannya.  “Aku tak ingin mencari kebenaran. Aku hanya ingin tahu apa isi kitab suci ini,” katanya.

Anthony adalah pembaca yang cukup cepat. Ia selalu membaca Alquran itu dimanapun, walaupun saat berada di kereta api. Seketika itu pula ia menyimpulkan dan berkata pada diri sendiri, “Jika saya pernah membaca buku yang berasal dari Tuhan, maka ini dia bukunya.”

Ia menyakini kalau Alquran itu berasal dari Allah. Ketika menyadari itu ia mulai bergerak lebih jauh dan lebih dalam, tak hanya membaca Alquran saja, tapi untuk mengamalkannya juga. “Sama saja seperti kita melihat apel yang terlihat harum, kita tak akan pernah tahu rasanya kalau tidak mencicipinya,” katanya.

Tertarik dengan pengamalan Alqurlan ia pun mulai mencoba untuk shalat meski saat itu ia belum resmi mengucap syahadat. Tak tahu bagaimana cara shalat, ia mengingat-ingat bagaimana seseorang yang pernah ia temui di Mesir melakukan shalat.
“Saya mengingat seorang lelaki shalat dengan cara yang lebih indah dibandingkan saya ketika saya masih menjadi Katholik,” ingatnya.

Suatu hari Anthony pergi ke toko buku yang kebetulan berada di dalam masjid. Toko itu memiliki koleksi buku tentang Muhammad dan tata cara shalat. Seorang pria menanyakan apakah ia seorang Muslim. Anthony lantas menjawab, “Apakah saya Muslim, apa yang ia maksud dengan itu? Saya bilang ‘Ya saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusannya’.”

“Ah, kalau demikian, Berarti anda seorang muslim ! Ini waktunya shalat, mari kita shalat,” ajak lelaki itu.

Anthony kebetulan datang ke toko buku itu saat hari Jumat. Ia yang tak paham gerakan shalat hanya berusaha shalat dengan gerakan yang ia tahu saja. Masih salah disana-sini. Dan pandangan orang-orang pun terarah kepadanya “Setelah itu orang-orang mengelilingi saya dan mengajarkan saya cara shalat yang benar. Itu rasanya fantastis!”

Namun butuh waktu dua tahun sebelum akhirnya ia resmi bersyahadat dan menjadi Muslim. Anthony mengaku menyesal telah menyia-nyiakan waktu dua tahun sebelum menjalani Islam dengan baik. “Aku tahu kebenaran tapi tak segera menjalankannya. Itu adalah kondisi yang buruk. Jika kita tidak tahu, maka tidak dikenai dosa. Tapi masalahnya saya tahu apa yang benar,” katanya. Kini Anthony telah berganti nama menjadi Abdur Raheem Green. Seorang Muslim. [sa/islampos/onislam]

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 amuntaipos
Share on Blogger Template Free Download. Powered byBlogger